benteng van den bosch Ngawi

Menikmati Benteng Pendem Van Den Bosch di Ngawi

Beberapa waktu yang lalu saya menyempatkan diri untuk berkunjung di salah satu tempat wisata yang ada di Kabupaten Ngawi. Ngawi merupakan salah satu kabupten yang berada di deretan paling barat dari Propinsi  Jawa Timur ternyata menyimpan beberapa tempat wisata yang sayang untuk dilewatkan. Dan dalam perjalanan kali ini saya mencoba untuk mengunjungi satu-satunya benteng peninggalan masa penjajahan kolonial Belanda yang bernama Benteng Van Den Bosch atau juga dikenal dengan namaBenteng Pendem.

Benteng Van Den Bosch dibangun pada Tahun 1839  oleh Gubernur Jenderal Van Den Bosch. Benteng ini dibangun untuk menghadapi gempuran dan serangan para pejuang yang berasal dari Ngawi, Madiun, Maospati dan sekitarnya. Letaknya yang strategis ( berada di pinggiran bengawan solo) diyakini membuat kawasan Benteng ini menjadi salah satu tempat singgah utama bagi para pedagang pada masa itu.

Lokasi obyek wisata ini mudah dijangkau dari pusat kota Ngawi. Sangat dekat dengan Pasar Ngawi dan Alun-alun Ngawi. Tepatnya berada di Kelurahan Pelem, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi. Karena lokasinya yang masih berada di pusat kota, akses transportasi umum ke Benteng Pendem juga terbilang cukup mudah.

Pertama kali kata yang terucap dari mulut saya saat memasuki kawasan Benteng Pendem adalah "Keren tapi (maaf) Kere". Ya, rasa-rasanya tak berlebihan jika saya berucap seperti itu. Sangat disayangkan bangunan semegah itu harus rusak karena miskinnya perhatian dari pihak terkait. Memang faktor usia juga turut andil atas kerusakan benteng ini, namun jika dilihat di lapangan faktor manusialah yang lebih besar pengaruhnya atas runtuhnya kemegahan benteng ini.

Benteng Pendem terdiri dari pintu gerbang utama, puluhan bahkan ratusan kamar tentara, ruang hijau di tengah-tengah benteng, beberapa bangunan yang difungsikan sebagai dapur dan toilet, serta beberapa ruang yang dulunya diyakini digunakan sebagai kandang kuda.

Alasan yang membuat benteng ini dijuluki Benteng Pendem tak lain dan tak bukan karena kawasan benteng ini dikelilingi gundukan tanah yang memang digunakan untuk menahan gempuran tentara pejuang dan menahan luapan air dari sungai Bengawan Solo.

Sarana serta prasarana menjadi masalah yang sudah wajar terjadi di tempat-tempat wisata di negeri ini, begitu juga di kawasan Benteng Pendem Ngawi. Minimnya papan informasi, sarana MCK, serta hal-hal lainnya membuat saya kurang menikmati wisata kali ini. Kembali kenyamanan pengunjung dipertaruhkan.

Jika merujuk dari situs ngawikab.go.id Pemkab Ngawi bakal mengeluarkan anggaran Rp 17 miliar dari APBD Pemprov Jatim dan pemerintah pusat untuk memugar benteng ini. Direncanakan pemugaran ini akan berlangsung selama 3 tahun. Saya doakan semoga berjalan lancar dan benteng Pendem kembali bisa menjadi alternatif wisata bagi para masyarakat Ngawi dan sekitarnya.

Berikut ini sedikit foto yang saya ambil di kawasan Benteng Pendem.